Sunday 25 November 2012

People of Jannah






"And rush towards forgiveness from your Lord, and towards a Paradise that can hold all the heavens and the earth in its width - prepared for the pious.

 Those who spend in Allah’s cause, in happiness and in grief, and who swallow their anger and are forgiving towards mankind; and the righteous are the beloved of Allah.

And those who, when they commit an immoral act or wrong themselves, remember Allah and seek forgiveness of their sins - and who forgives sins except Allah? And those who do not purposely become stubborn regarding what they did.

For such the reward is forgiveness from their Lord, and Gardens beneath which rivers flow - abiding in it forever; what an excellent reward for the performers (of good deeds)!"
Ali Imran 133-136


In these ayah ALLAH talks about people who run toward forgiveness and characteristic of people of Jannah. There are four characteristics mention in these four wonderful ayah. 

1) Who spend when easy or difficult.

Spending when you are easy its not to hard. When you got bonus or new project, you will spend freely. No hesitation. But, when things got bad, we felt as though when we give, we won't get it back. People who have taqwa won't have these kind of thought because they believe.

And whosoever has Taqwa of Allah, He will make a way for him to get out. And He will provide him from where he never could imagine.) meaning..." (33:77)

Whatever good you spend, it will be refunded to you. It will be given back to you and you will not be wronged.

2) Who swallow their anger over and over again.

Swallowing your anger is totally different from holding your anger. When we swallow something it will be gone. No one will know it was there. When you swallow your anger, people around you wont even notice that you are angry. They don't even have the chance to ask, "Whats wrong?", or  "Are you ok?" You suppressed it completely. And you do this over and over again each time you got angry. When you are angry you cannot think clearly. You'll make decision that you'll regret later.

3) Who lovingly forgive

When we talk about forgiving, its happen in private. In our heart. There is one day when Rasulullah was very upset with this particular sahabat. ALLAH advice him in a ayah,

"So by mercy from Allah , [O Muhammad], you were lenient with them. And if you had been rude [in speech] and harsh in heart, they would have disbanded from about you. So pardon them and ask forgiveness for them and consult them in the matter. And when you have decided, then rely upon Allah . Indeed, Allah loves those who rely [upon Him]". (3:159)

If Rasulullah does not forgive, what will happen? He still going to teach him, guide him, but the only different is he going to do it in harsh ways. Then, the sahabat will run away from him for sure. "..they would have disbanded from about you..."

When we forgive people we will also ask ALLAH to forgive him/her too. If you find your self making dua to them, then only you really forgive. 

4) Who make taubah.

"And those who, when they commit an immoral act or wrong themselves, remember Allah..." (3:135)

When you do shameful act or did something bad to others or your self, you remember ALLAH. Its not that you remember ALLAH after the act, but simultaneously when you doing it. 

When we disappointed someone, we will avoid any contact right?  We will be ashamed. In this case, when we committed sin, we 'disappointed' ALLAH. But despite of the shame we still ask for HIS forgiveness. Usually when this happen, when we committed sin syaitans will come and try to stop you from asking ALLAH forgiveness. To whisper thought that make you don't want to stand in front of ALLAH.

 " I have made a lot of sins. I'm sure ALLAH won't forgive me". Never have this thought in you mind. You don't have anywhere to run. Only ALLAH can cover you sins. ALLAH is al-Ghaffar. HE forgives,

 “Say: O my Servants who have transgressed against their souls! Despair not of the Mercy of Allah: for Allah forgives all sins: for He is Oft-Forgiving, Most Merciful.” [39: 53]

But, when you make taubah, and somewhere in the back of your mind you were thinking like, "Next time week I'll be doing this again, then I'll make taubah again". Then, this does not apply.

Yes, we may without our intention, committing the same sin again. But be sincere when making taubah. Try your best to avoid it. Then you'll get very awesome prize: maghfirah(forgiveness) and jannah.

source: Characteristic of People of Jannah, Majesty of Divine Speech episode 5, by Nouman Ali Khan.     
 http://browse.deviantart.com/?q=river+paradise#/d1pzes

Monday 19 November 2012

Syahidnya Al-Faruq







Saidina Umar sedang mengimamkan solat subuh ketika beliau  ditikam Abu Lu'luah al-Majusi sebanyak tiga kali. Beliau yang belum sempat membacakan al-Fatihah ketika mengimamkan solat, rebah dan sempat menarik Abd al-Rahman bin Auf r.a. menggantikan dirinya sebagai imam. Umar tidak sedarkan diri. Abu Lu'luah kemudiannya menikam lagi 13 orang. 7 daripadanya syahid. Ibn Auf mengimamkan solat dengan ringkas sementara  Umar terbaring kesakitan di tepi mimbar. 

Abdul Rahman bin Auf juga sempat melontar jubah tebalnya untuk memerangkap Abu Lu'luah . Abu Lu'luah yang  terperangkap di dalam jubah itu, bertindak membunuh dirinya sendiri.

Umar yang pitam dikejutkan sahabat agar bangun mengerjakan solat kerana mentari hampir terbit. Umar yang cedera parah terpinga-pinga bangun, lalu berkata :" Tiada kejayaan bagi yang tidak bersolat"

Beliau diwudhu'kan oleh para sahabat. 

Umar bersolat dalam kecederaan parah dan selepas solat, beliau meminta Ibn Abbas r.a. meninjau sekali lagi siapakah yang sebenarnya menikam bunuh beliau. Ibn Abbas mendapatkan kepastian orang ramai bahawa yang menikam adalah Abu Lu'luah al-Majusi. Ternyata apa yg dikhabarkan Rasulullah padanya adalah benar. Orang yang membunuhnya adalah seorang kafir. Kata Umar :

"Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menjadikan pembunuhku bukan seorang Muslim, bukan hamba Allah yang pernah bersujud kepada-Nya"



source:
  1. http://www.facebook.com/ustazhasrizal/posts/440492205998310?comment_id=4831254&notif_t=feed_comment_reply
  2.  memetik riwayat-riwayat sahih yang disaring oleh Sheikh Solah Abd al-Fattah al-Khalidi dan dikumpulkannya di dalam buku Al-Khulafa al-Rashidoon Bayna al-Istikhlaf wa al-Istisyhaad. Sheikh Solah memetiknya daripada al-Bidayah wa al-Nihayah oleh Ibn Kathir.
  3. http://browse.deviantart.com/?q=bloody+blade&offset=48#/da5k10


Thursday 8 November 2012

Dia Nabi Ku (2)







 Perlahan-lahan dia menyandarkan batang tubuhnya ke pohon anggur itu. Hatinya benar-benar terluka. Zaid bin Haritha di sebelahnya hanya diam membatu. Dia memejamkan matanya. Sungguh, amat perit ujian yang menimpanya kali ini. Langit dan bumi menjadi saksi bagaimana lelaki mulia ini disakiti dan dikhianati. Kedua sepatunya dipenuhi darah. Kepala Zaid pula di penuhi luka. Sakit. Fikiranya melayang mengenangkan apa yang baru mereka hadapi sebentar tadi.

   Thaif. Kota yang di huni kaum bani Thaqif. Dia ke kota itu bersama Zaid dengan membawa seribu harapan. Dia tidak sanggup lagi melihat orang-orang Islam di Mekah diinjak-injak. Dia tidak mahu lagi melihat mereka menderita kelaparan. Dia perlu untuk meyaknkan bani Thaqif untuk menerima dakwahnya.

   Sesampainya di Thaif, dia terus bertemu dengan pemimpin bani Thaqif. Dia mahu mereka tahu hasratnya. Tetapi, kedatangan dia bertemu pemimpin-pemimpin itu di sambut dengan penghinaan dan pengkhianatan. Pedih hatinya mendengar semua tuduhan-tuduhan yang dilemparkan kepadanya.

   Penduduk Thaif sedang berkumpul di sepanjang jalan dalam dua barisan. Masing-masing memandangnya dan Zaid deng penuh kebencian. Ditangan mereka tergenggam beberapa ketul batu. Saat dia mula melangkah kaki, dia dan Zaid dihujani dengan batu-batu yang dilempar oleh penduduk-penduduk yangberbaris tadi. Bersungguh-sungguh Zaid cuba melindungi dirinya. Sedih dia melihat luka-luka di kepala hambanya itu. Tapai Zaid tetap tegar menjadikan tubuhnya sebagai pendinding. Batu-batu itu tetap mengenai dia. Dia dapat rasakan cairan panas mengalir dari kakinya. Tetapi kesakitan itu tidak dapat dibandingkan dengan sakitnya perasaan dia ketika itu. Pada siapa mampu dia mengadu?

   Dia dan Zaid sudahpun keluar dari kota Thaif, tetapi mereka masih dihujani dengan batu dan kata-kata kesat oleh kanak-kanak nakal yang mengekori mereka. Kerana kesakitan yang amat sangat, dia berhenti sebentar di kebun anggur itu. Melepaskan penatnya. Mengumpul kekuatan.

    Dia membuka kembali matanya. Melihat keadaan Zaid, hatinya semakin sayu. Perlahan-lahan tanganya diangkat ke langit. Air matanya menglir deras.

“Wahai Tuhanku Dikau sahajalah tempatku mengadu kelemahan tenagaku dan kurang bicaraku,
kehinaanku di mata ramai, wahai Tuhan yang maha pengasih Dikaulah Tuhan mereka-mereka yang lemah, Dikaulah Tuhanku kepada siapakah Dikau akan serah daku ini? Kepada mereka yang jauh yang bencikan daku atau kepada seteru yang Kau berikan kuasa ke atasku? Andai kata tidak ada sebarang kemurkaanmu ke atasku maka tidak akan kupedulikan, tetapi kemaafan dan kurniaan Kau lebih luas untukku. Aku berselindung dengan cahaya zatMu yang menyinari segala kegelapan dan yang memberi manfa’at dunia dan akhirat (aku berselindung denganNya) dan kemarahanNya ke atasku dan kemurkaanMu, Dikau sahaja yang menegur sepuasnya. Dan tidak ada helah bicara dan tenaga hanyalah dengan Dikau sahaja.”

   ALLAH menghantar malaikat Jibril bertemu dengannya. Bersamanya dikirimkan malaikat-malaikat khas untuk menjalankan apa sahaja perintahnya untuk membalas kembali kejahatan yang di lakukan oleh penduduk Thaif pada dia dan Zaid.

"Wahai Rasulullah! Kami bersiap sedia untuk menjalankan perintah tuan. Kalau dikehendaki kami sanggup menyebabkan gunung ganang di sebelah ini berlanggaran sehingga penduduk di sekitarnya mati tertindih. Kalau tidak tuan cadangkan sahaja apa hukuman yang selayaknya diterima oleh orang-orang ini".

"Walaupun orang-orang ini tidak menerima Islam, aku harap dengan kehendak Allah suatu hari nanti anak-anak mereka akan menyembah Allah dan berbakti kepada Nya.", hanya itu jawapan yang keluar dari mulutnya. Benar, dia memang terluka dengan tindakan mereka. Dia juga sakit dengan layanan mereka. Tapi kecintaanya pada mereka mengatasi rasa sakit dan peritnya. Dia cinta umatnya. Dia Rasulullah

source: http://sulong-bicaraagama.blogspot.com/2010/06/tauladan-nabi-terhadap-kaum-taif.html
              http://cahayamukmin.blogspot.com/2008/09/doa-rasulullah-saw-di-taif.html
              http://mumtazah.net/blog/?p=2003
picture by : http://browse.deviantart.com/?q=hurt&offset=240#/d10ctj6